They called it Spondylitis Tb

Ini kisahku setahun yang lalu, saat kesabaranku sebagai seorang hamba ALLAH diuji….ujian yang diberikan lewat suatu penyakit. Penyakit yang dalam dunia medis disebut Spondylitis Tb….

Spondylitis TB….

Spondilitis tuberkulosa atau dikenal juga dengan

Tuberkulosis tulang belakang adalah suatu penyakit infeksi oleh kuman Micobacterium tuberculosis yang menyerang tulang belakang. Kuman ini menyerang terutama di daerah paru yang penderitanya banyak sekali kita temui di Indonesia. Ternyata dalam perjalanannya, kuman ini tidak hanya menyerang paru, tetapi juga diketahui menyerang tulang belakang. Spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai penyakit Pott, paraplegi Pott. Nama Pott itu merupakan penghargaan bagi Pervical Pott seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris yang pada tahun 1879 menulis dengan tepat tentang penyakit tersebut. Penyakit ini merupakan penyebab paraplegia (Kelumpuhan) terbanyak setelah trauma, dan banyak dijumpai di Negara berkembang. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3 dan paling jarang pada vertebra C1-2.

Basil TB masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui traktus respiratorius. (saluran pernapasan). Basil TB dapat tersangkut di paru, hati, usus, limpa, ginjal dan tulang. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun. Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang.

Tuberkulosis pada vertebra (tulang belakang) dapat pula memberikan komplikasi, ialah paraplegia (kelumpuhan pada bagian bawah badan), umumnya disebut Pott’s Paraplegia. Komplikasi ini disebabkan karena adanya tekanan pada Medulla Spinalis. Adapun pathogenesis dari proses ini dapat dijelaskan sebagai berikut : tekanan dapat berasal dari proses yang terletak di dalam canalis spinalis (saluran tempat keluarnya saraf). Jika di dalam canalis spinalis ada proses tuberculose yang terletak pada corpus bagian belakang yang merupakan dasar dari canalis spinalis, maka proses tadi menimbulkan pengumpulan nanah/jaringan granulasi langsung menekan medulla spinalis. Dalam hal ini meskipun nanah hanya sedikit, akan tetapi cukup untuk memberikan tekanan yang hebat pada Medulla Spinalis.

Gejala-gejala klinik

  1. badan lemah atau lesu
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Berat badan menurun
  4. Suhu sedikit meningkat terutama di malam hari
  5. Sakit pada punggung yang terlokalisir
  6. Bengkak pada daerah paravertebral
  7. Paraplegia (kelumpuhan/kelemahan pada bagian bawah tubuh), gangguan fungsi buli-buli dan anus

Begitulah kira-kira uraian singkat tentang penyakit yang kuderita. Penyakit yang mulai kurasakan di saat-saat akhir akan menyelesaikan program studi Apoteker.

September-Oktober 2008…….

Kurasakan sesuatu yang lain di daerah tulang belakangku, tak senormal biasanya..terdapat tonjolan tulang yang terasa nyeri saat teraba. Dengan inisiatif seorang teman, aku diminta untuk memeriksakan keadaan ini pada dokter ahli tulang. Tanpa berpikir dua kali aku lalu mengunjungi rumah sakit dan berkonsultasi dengan dokter …..Aku diminta oleh dokter melakukan foto x-ray (roentgen) untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi di daerah itu. Hasil foto memperlihatkan terdapat suatu fraktur kompressi (keretakan akibat tekanan), aku sendiri heran mengapa terjadi keretakan padahal aku tak pernah mengalami trauma atau benturan keras di daerah itu. Setelah mengingat dan mengingat….Ya ALLAH, aku memang pernah mengalami insiden kecil 3 tahun lalu…insiden kecil yang tak kusangka akan berakibat fatal bagi tubuhku. Aku pernah terjatuh dari tangga rumah kost tempatku tinggal. Dokter berasumsi bahwa inilah penyebab keretakan tulang belakang yang kualami, trauma lama yang baru terasa sekarang. Tak puas hanya pada hasil foto x-ray, aku kemudian berkonsultasi lagi ke dokter ahli bedah tulang belakang (Dokter yang menanganiku sampai sekarang, dr. Karya Triko, Sp.B.OT. Spine)….Oleh dokter aku disarankan lagi untuk melakukan CT-scan (pengambilan gambar yang lebih jelas dari foto x-ray), setelah melakukan CT-scan, hasilnya mengejutkan…dokter mencurigai ada timbunan cairan di daerah tulang belakangku segmen torakal 5-7, pemeriksaan tingkat lanjut pun kujalani lagi, kali ini dengan foto yang lebih canggih dari CT-scan, namanya MRI (Magnetic Resonance Imaging)…MRI ini dapat mencitrakan gambar sampai ke saraf tubuh. Dari hasil pemeriksaan terakhir tampak lebih jelas suatu timbunan cairan yang menyelimuti vertebra torakal 6 ku, tampak pula sedikit penekanan saraf di daerah itu. Untuk mengantisipasi dan mengetahui apakah cairan itu hanya infeksi akibat timbunan nanah atau tumor, aku harus menjalani biopsi (operasi pengambilan sedikit jaringan tubuh atau cairan untuk mempertegas suatu penyakit)…Jadilah, dibawah penanganan dokter ahli bedah tadi, aku menjalani operasi dan sempat dirawat selama 2 minggu di rumah sakit sambil menunggu hasil pemeriksaaan biopsi. Hasil laboratorium patologi anatomi menyimpulkan bahwa aku menderita ”osteomyolitis” (radang pada jaringan tulang). Dari sini aku bersyukur karena hanya peradangan, bukan tumor seperti prediksi awal. Radang yang masih dapat diobati dengan menggunakan antibiotik.

Hari-hari pasca operasi dengan kondisi tubuh yang belum normal sepenuhnya, aku berusaha untuk tetap konsen menyelesaikan studi apoteker ku yang tinggal beberapa bulan lagi sambil sesekali melakukan check up ke dokter. Memang saat itu sudah tidak ada kuliah lagi, tinggal menyelesaikan beberapa laporan sebagai syarat kelulusan. Tak mudah menyelesaikan semua laporan dan merangkumkan nilai untuk ujian ditengah kondisi yang kurasa tak pernah membaik pasca operasi itu, tapi semangat yang kupunya dapat mengalahkan semua itu. ALLAH masih memberi sisa kekuatan untukku dapat bertahan, juga memberiku Dosen pembimbing yang tidak memberatkan penyelesaian laporanku (Terima kasih untuk Bapak/Ibu Dosen Pembimbingku)…

Januari 2009…….

Ditengah kesibukan merangkumkan semua nilai yang harus deadline awal Februari nanti, terasa lagi sesuatu yang lain pada tubuhku. Ya ALLAH…kali ini kurasakan kaki kananku tak bertenaga, tak sanggup menopang tubuhku terlalu lama. Kupikir hanya kelelahan otot yang mungkin dapat sembuh dengan obat. Kembali ku berkonsultasi dengan dokter…pemberian beberapa macam obat cukup mampu menghilangkan sedikit rasa lemah di otot kaki ku…tapi yang namanya obat, hanya bersifat simptomatik (meringankan gejala), tak serta merta menghilangkan penyebabnya. Kondisi ini bertambah parah saja kurasakan sampai akhirnya aku berhasil melewati ujian Apoteker dan prosesi penyumpahan Apoteker awal Maret 2009.

Maret 2009……

Tepatnya 25 Maret, aku mengikuti upacara wisuda bersama teman-teman yang lain. Momen yang seharusnya menjadi saat yang menggembirakan itu tak berlaku buatku, seandainya ada pilihan untuk bisa tidak menghadiri prosesi ini, mungkin aku memilih untuk tidak hadir saja. Kenapa?…yahhh..karena saat itu bukan saja kaki kananku yang kurasa tak punya tenaga lagi untuk melangkah, kaki kiriku pun mulai mengalami hal yang serupa, tapi kupikir momen ini adalah bukti pencapaianku menjalani studi Apoteker selama 2 semester, lagipula kedua orangtuaku hadir untuk menyaksikan acara ini, meskipun aku tak lagi dapat mempersembahkan predikat lulusan terbaik fakultas seperti wisuda S1 tahun lalu tapi predikat cum laude berhasil kutuliskan di ijazahku……semoga mereka (orangtuaku) bangga dengan hasil ini.

Di hari yang sama setelah melalui serangkaian acara wisuda, untuk kesekian kalinya aku kembali berkonsultasi dengan dokter yang menanganiku. Kuceritakan semua keluhanku dan akhirnya aku disarankan lagi untuk melakukan foto MRI seperti waktu itu…..tiga hari kemudian hasil MRI nya keluar Setelah melihat dan membaca hasilnya, dokter mendiagnosa aku terserang penyakit  ”Spondylitis Tb”……..

Ya ALLAH…cobaan apa lagi ini? Inikah jalan-Mu untuk menguji kesabaranku???..Aku terserang Tb padahal kutak pernah punya riwayat penyakit ini. Dari penjelasan dokter kuperoleh keterangan bahwa meskipun kita tidak mempunyai riwayat Tb sebelumnya tapi jika kondisi tubuh serta sistem imun kita melemah maka kuman ini akan dengan mudah berkembang biak karena pada dasarnya setiap orang memang memiliki kuman Tb dalam tubuhnya, hanya saja kuman ini berada dalam keadaan dorman (tidur/istirahat). Begitu ada picuan seperti penurunan aktivitas imun tadi atau keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan maka kuman Tb akan dengan mudahnya aktif dan menyerang tubuh kita, dan itulah yang terjadi padaku….mengingat bahwa kuman ini telah menyebabkan kerusakan yang parah di tulang belakangku (hasil MRI memperlihatkan terjadi penekanan saraf yang sudah sangat parah serta segmen torakal 6 ku yang sudah hancur akibat serangan kuman Tb) maka terapi obat Tb saja tidak cukup untuk menyembuhkannya. Satu-satunya jalan terakhir adalah menjalani operasi pembersihan dan pengangkatan segmen tulang belakangku yang telah hancur itu, sebab bila dibiarkan berlanjut mungkin saja aku akan mengalami kelumpuhan seluruh anggota tubuh. Subhanallaah……kuasa-Mu ya ALLAH, aku hanya dapat menerima semua yang telah Kau gariskan untukku. Keputusan untuk menjalani operasi kuambil tanpa berpikir panjang, tentunya denga segala resiko terbesar yang mungkin akan terjadi. Jadwal operasiku kemudian ditentukan……..dua minggu ke depan. Sebelum itu aku diwajibkan mengkonsumsi OAT (Obat Anti Tb: kombinasi INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol) untuk ”memayungi” tubuhku saat operasi nanti……..

April 2009…….

Tak sampai 2 minggu mengkonsumsi OAT, aku kewalahan…tubuhku tak sanggup lagi menerima sejumlah obat yang masuk. Reaksi efek samping mulai tampak berupa mual, dan penurunan nafsu makan. Keadaan ini makin memperparah aku, kondisi tubuhku mengalami penurunan drastis, lemas tak bertenaga bahkan untuk sekedar mencerna makanan saja sudah tak sanggup. Aku dilarikan ke UGD RS. Wahidin Sudiro Husodo. Dokter mengambil keputusan agar aku menjalani opname hingga tiba hari operasi nanti (padahal jadwal operasi masih 9 hari lagi). Beberapa hari menjelang operasi aku melewati serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan darah lengkap termasuk  mempersiapkan kebutuhan untuk operasi (beberapa kantong darah)

15 april 2009……

Tibalah hari itu, dalam kondisi setengah bagian tubuhku ku yang mulai lumpuh aku memasuki kamar operasi, tak ada ketakutan apapun mengingat ini kali kedua aku menjalani operasi meskipun operasi kali ini beresiko sangat besar. Perdarahan hebat bisa saja terjadi bahkan lebih parah dapat terjadi henti napas, tapi semuanya kuserahkan pada Yang Di Atas…aku hanya dapat bertawakkal, berdo’a memohon agar tangan-tangan dokter yang mengoperasiku diberi kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya. Do’a orang-orang di sekitarku termasuk orangtua, keluarga, sahabat, dan teman-temanku tak henti mengiringi bahkan mereka dengan setianya menunggu aku sampai selesai menjalani operasi………

Tujuh jam lamanya, waktu yang dibutuhkan tim medis untuk melaksanakan tugasnya. Selama itu pula aku dibawah pengaruh obat-obat anestesi. Operasi besar itu sempat membuat keadaanku kritis, saat semuanya telah selesai, aku lalu menjalani perawatan intensif di ruang ICU selama satu malam. Saat pengaruh obai anestesi mulai berkurang, aku sadar dari tidur panjang…..kudapati tubuhku bagai seonggok batang kayu. Ya ALLAH…kali ini aku betul-betul lumpuh total, penekanan saraf yang terjadi saat operasi berlangsung membuat kedua kakiku tak mampu kugerakkan sama sekali. Kali ini aku hanya mampu bertahan dengan peralatan medis, tabung dan selang oksigen, kabel-kabel penghubung monitor, serta selang infus di kedua kaki dan tanganku. Sungguh, saat itu aku merasakan sangat dekat dengan maut….seandainya ALLAH menghendaki saat itu juga, mungkin Dia bisa saja mengambil nyawaku dalam sekejap. Tapi ALLAH masih sayang kepadaku, aku mampu bertahan dengan segenap kekuatan yang masih tersisa….

Setelah melewati saat-saat kritis di ruang ICU, aku dikembalikan ke kamar perawatan. Dokter lalu memberitahu serangkaian operasi yang telah kujalani, satu ruas tualng belakangku yang hancur (segmen torakal 6) kini telah diangkat. Sebagai penopang ruas tulang yang lain, dokter  memasang dua buah plat logam titanium dengan jumlah baut 8 buah. Subhanallaah….di ruas tulang belakangku kini terpasang logam, hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Logam ini akan kembali dilepas 2 tahun kemudian saat ruas tulang yang diangkat itu berganti dengan tulang yang baru. Selesai menjalani operasi tak lantas membuat perjuanganku untuk sembuh berhenti di sini, karena dari sini lah semuanya baru akan dimulai………..Hari berganti hari, minggu berganti minggu tak terasa hampir 2 bulan lamanya aku menjalani perawatan di rumah sakit dengan kondisi kedua kaki yang lumpuh, fungsi saraf sensorik dan motorik yang terganggu hingga fungsi urinasi dan defekasi pun ikut terganggu. Aku dirawat layaknya seorang bayi yang tak mampu berbuat apa-apa, dirawat dengan penuh kesabaran oleh kedua orangtuaku yang tak sedkitpun menampakkan wajah-wajah lelahnya, oleh perawat-perawat rumah sakit dengan senyum ramahnya serta motivasinya untuk kesembuhanku. Hari-hari yang kulalui bertemankan dinding dan plafon rumah sakit, jauh dari kehidupan luar yang sempat terlupakan olehku. Sesekali ku menghirup udara segar dan menatap langit di luar kamar saat menuju ruang fisioterapi yang letaknya tak jauh dari kamar perawatanku. Di ruang fisioterapi ini otot-otot kaki ku mulai dilatih untuk bergerak, aku dilatih bagaimana posisi duduk, berdiri dan berjalan. Perawatan bulan berikutnya dan seterusnya kujalani di rumah, 6 bulan dengan semua aktivitas yang hanya mampu kulakukan di tempat tidur. Tiga kali seminggu aku mengunjungi rumah sakit untuk menjalani fisioterapi, dengan bantuan kursi roda tentunya (eh,…kursi roda ini diberikan saudara-saudaraku CApSULE beberapa minggu sebelum aku keluar dari rumah sakit, sebuah surprise buatku…bukti keinginan besar mereka untuk melihatku sembuh seperti sedia kala……love u all). Bulan ke-8 mulai tampak kemajuan dari hasil fisioterapi, aku sudah mulai dapat melangkah selangkah demi selangkah, mulai melepaskan diri dari kursi roda dan mulai berjalan menggunakan walker (alat bantu berjalan berupa tongkat berkaki empat). Tapi kakiku belum mampu menopang tubuhku terlalu lama, waktu duduk pun kubatasi karena nyeri di daerah bekas operasi, sehingga aktivitasku masih kulakukan di tempat tidur…………..

Siapapun yang melihatku hanya mampu menampakkan gurat sedih dan kasihan, seakan tak percaya seorang yang mereka banggakan selama ini hanya mampu terbaring lemah di tempat tidur. Tak jarang ada air mata dari tatapan itu……………Kadang aku tak kuasa membalas tatapan mereka, dan melihat air mata mereka, seakan aku tak punya harapan lagi untuk pulih …..sebegitu menyedihkannya kah aku? Sungguh, aku tak senang dikasihani…aku saja yang berada dalam kondisi seperti ini tak pernah merasa sedih, tak pernah menyesal dan mengeluh dengan apa yang sudah ditakdirkan ALLAH padaku. Siapa pun orangnya tak mungkin ingin berada dalam keadaan seperti ini, tapi kita tak punya kuasa atas apapun. Kita ibaratnya bermain di suatu peran dalam sandiwara yang skenarionya telah disusun rapi oleh Sang Sutradara…yah ALLAH…sebaik-baik perancang…..semua berjalan atas kehendak-Nya.

Kawan……..

Hidup itu bagaikan roda, ada saat kita di atas dan ada saatnya pula kita di bawah. Apa yang kualami saat ini kuanggap bahwa aku tengah berada di putaran roda paling bawah, tak selamanya akan seperti ini. Seberat apapun cobaan yang kita hadapi tak mesti membuat kita putus asa, selagi masih ada harapan untuk terus berjuang dan memperbaiki keadaan. ALLAH saja tak pernah memutuskan harapan hamba-Nya, lalu patutkah kita berputus asa????. Setumpuk asa, semangat dan harapan yang mulai kubangun dari diriku sendiri cukup ampuh membantuku menghadapi cobaan besar ini. Takkan pernah ada kata menyerah.!!!!!!

Kawan……..

Di balik setiap kejadian akan ada hikmah dan pelajaran yang sangat-sangat berharga. Banyak pelajaran yang kuperoleh yang mungkin tak akan kudapatkan bila cobaan besar ini tak menimpaku. Pelajaran tentang bagaimana itu ikhlas, bersabar, dan bersyukur. Hal yang kadang sulit kita lakukan……..Alhamdulillaah, ketika ALLAH memberikan cobaan yang sangat besar, Dia pun memberiku kesabaran yang tak kalah besarnya. Keikhlasan untuk menerima tanpa mengeluh dan kesyukuran masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup, kesyukuran untuk setiap nikmat yang telah diberikan……

Kini ku hanya mampu untuk terus berdo’a dan berusaha. Meminta diberi kesembuhan dengan kedua kaki yang berfungsi normal, meskipun sudah setahun lebih ALLAH belum menghendaki kaki ku normal lagi tapi aku yakin suatu saat jika waktunya telah tiba ALLAH akan mengembalikannya. Ku yakin ALLAH akan selalu menjawad do’a-do’a hamba-Nya…tidak selalu dengan YA tapi selalu dengan YANG TERBAIK, saat kita memang sudah siap dan sudah pantas untuk menerimanya………….

Terima kasih untuk semua dukungan dan do’a sahabat, teman-teman dan keluarga yang datang padaku…..terkhusus untuk kedua orangtuaku yang telah berkorban banyak tenaga, pikiran dan materi untukku…tak akan mampu ku membalas semuanya….terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dr. Karya Triko, Sp.B.OT.Spine. atas kesediaannya menangani ku melawan penyakit ini……Ibu/bapak dan kakak-kakak di bagian fisioterapi yang tanpa bosan-bosannya melatihku mengembalikan kekuatan kaki ku….

Semoga tulisanku kali ini dapat menginspirasi siapa saja yang membacanya………

Kesehatan itu mahal, maka jagalah ia sebelum masa sakit menghampirimu………..

See u at next posting…..

22 komentar di “They called it Spondylitis Tb

  1. semangat teman selagi kita masih di beri nafas oleh yg maha kuasa selama itu pula tidak ada yg tidak mungkin, saya juga bernasib demikian, sampai skrg saya masih belum bisa menggerakkan kaki saya….tp semangat untuk sembuh selalu ada walaupun gk tauwaktu nya kapan

    • Semangat yang utama, kawan….modal yang kumiliki untuk tetap berjuang melawan penyakit ini dan alhamdulillaah skr ALLAH s.w.t mengabulkan do’aku..
      Kini sdh mampu untuk kembali berjalan meski masih ada efek sisa yg menyebabkan salah satu kakiku blm berfungsi normal, tapi tetap yakin bahwa semua akan kembali seperti dulu lagi. Keep spirit kawan….^^

    • belum sepenuhnya sembuh total tp sdh bisa jalan lagi, naik motor sendiri belum bisa krn masih ada gangguan keseimbangan di kedua kakiku. Saat ini terus menjalani fisioterapi untuk mengembalikan fungsi saraf yg kemarin sempat terganggu….
      klo masih bisa diobati mgkin tidak perlu operasi, tapi kondisiku saat itu mmg membutuhkan operasi sbg jalan satu2nya untuk sembuh…
      Tetap semangat.. ^^
      yakin bisa sembuh dengan usaha dan do’a….

  2. tuhan memberi cobaan pasti ada alasan…

    bersyukur lah…

    thank wat tulisannya… besok q ujian dengan kasus operasi pada pasien spondilitis tb…

  3. kak afri,,,
    sy betul2 kaget liat ini blog,,, sy tidak sengaja memencet keyword “apoteker dan RSWS” dan yg muncul salah satunya blog yg atas nama org yg kukenal “AFRISUSNAWATY RAUF”
    sy pernah dgr kalo kita sakit tp setahuku kt tdk “separah” yg kubaca di blog ini,, kukira demam biasa atau apalah penyakit anak2 farmasi,,, pnah juga dgr “kak afri pake kursi roda”, tp kukira becanda
    Astagfirullah,,, maaf dak pnahka sempatkan menjenguk,, mungkin tlalu “sok” sibuk n sempat dirawat juga di RS krna kecelakaan (ini dirawat lagi setelah kt pnah jenguk di RSWS,,hehe)..
    sy dengar skr mulai meki bisa jalan dgn normal kakak di?? Alhamdulillah,, semoga kakak senantiasa dlm lindungan-NYa.. Amin

  4. saya punya pengalaman sama, saya ingin menanyakan dimana tempat praktek dr sp tulang yang disebutkan tadi, tolong hubungi di no hp saya 081320384530.
    terima kasih ditunggu banget balasannya

  5. Terharu juga baca tulisanmu, saya tertarik untuk membacanya karena sepertinya saya mengalami kasus yang mirip dengan anda, bedanya yang saya alami di tulang leher belakang, belum tahu apakah saya seberani anda untuk mengambil keputusan untuk menjalani operasi karena yang saya tahu leher belakang adalah tempat bermiliaran urat syaraf yang tentunya sangat beresiko besar. Besok tanggal 16 januari 2011 saya akan menjalani serangkaian tes untuk mengetahui apa yang menyebabkan keretakan ditulang leher tersebut, tadinya saya buka web anda untuk mencari cari dokter apa yang tepat untuk saya kunjungi terkait dengan keluhan saya tersebut dan saya memeriksakan gejala ini ke rumah sakit di Malaka sementara saya tinggal di balikpapan.

  6. aq sangat terharu membaca cerita anda juga menjadi semangat bagiku…karena aq mempunyai penyakit yg sama tapi aq sudah lumpuh total dibagian bawah gk bisa gerak sama sekali..selama 2bulan aq belum menjalani operasi krn keterbatasan biaya..y bener pa qm bilang ne skenario yg d’atas..suatu saat psti sembuh..tinggal nunggu wkt ja..yg pnting brusaha dan do’a…

  7. apa yg mbk pernah alami kini sedang dialami kakak saya, yang kini masih terbaring dirumah sakit habis operasi,, penyakit nya sama ,, dan semua yg mbk alami pun jg sama dengan kakak saya,,, ,, saya sangat suka dengan tulisan mbk,,, gimana keadan mbk sekarng, apakah sudah bisa berjalan normal lagi?? saya berharap begitu dan jg kakak saya semoga bisa normal kembali, amin

Tinggalkan komentar